MTN Lab Gresik: Menyusuri Talenta Seni dari Kota Pesisir

Kota Gresik selama ini dikenal sebagai kota dagang, kota santri, dan kota industri. Namun di balik citra keras dan sibuk itu, terdapat ruang-ruang kecil yang menyimpan kekayaan kebudayaan. Salah satunya Kampung Kemasan, kawasan tua yang pernah menjadi poros pertemuan saudagar, pengrajin, dan pendatang dari berbagai etnis. Di sinilah Manajemen Talenta Nasional (MTN) Lab digelar pada 1–14 September 2025.

Puluhan seniman dari berbagai kota berkumpul, hidup bersama, dan berbagi ruang kreatif di kampung berornamen khas Tionghoa dan Arab tersebut. MTN Lab, program yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan RI, hadir sebagai platform yang tidak sekadar melatih, tetapi juga menempatkan seniman dalam pengalaman sosial: bagaimana seni bernegosiasi dengan sejarah ruang dan kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir.

Selama dua minggu, para peserta mengikuti residensi, inkubasi, lokakarya, dan masterclass. Dari diskusi kuratorial, persiapan pameran, hingga workshop film bersama Sualoka dan komunitas film Gresik, seluruh proses diarahkan untuk membekali seniman muda agar lebih siap menapaki trajektori karier ke depan.

Bagi Ferlian Putra, Kasubdit Bina SDM Kementerian Kebudayaan, residensi adalah titik krusial. “Melalui trajektori yang dibuat, seniman muda punya peta perjalanan. Bekal ini penting agar mereka serius berkarya dan mampu menembus rekognisi global,” jelasnya.

Dari 40 peserta seni rupa, enam di antaranya berasal dari Gresik sendiri. Ada yang berangkat dari latar seni lukis, kriya, hingga praktik sosial berbasis komunitas. Misalnya, (sebut nama seniman lokal) yang biasa bekerja dengan medium bambu, kini bereksperimen dengan menggabungkan tekstur material lokal dan narasi pesisir. Atau (nama lain), seniman muda yang sebelumnya aktif di lingkar komunitas mural, kini belajar tentang struktur eksibisi dan manajemen karya. Kehadiran mereka memberi warna: MTN bukan hanya forum nasional, tetapi juga ruang afirmasi bagi akar lokal.

Bagi Ahmad Mahendra, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, program ini merupakan langkah penting dalam pemajuan kebudayaan. “MTN Seni Budaya adalah metode pengelolaan talenta yang terintegrasi, agar terus berkembang, menginspirasi masyarakat Indonesia, dan dunia,” ujarnya.

Koordinator MTN, Vicky Rosalina, menambahkan bahwa residensi ini memungkinkan transfer pengetahuan lintas generasi. “Kita ingin seniman muda belajar langsung dari pengalaman para praktisi. Harapannya, kelak yang hari ini duduk sebagai peserta, suatu hari bisa menjadi seniman dan kurator yang mendunia.”

MTN Lab Gresik bukan hanya tentang mengasah keterampilan, tetapi juga tentang membaca ulang kota: bagaimana ornamen kampung tua, aroma kuliner khas, hingga interaksi warga sehari-hari menjadi latar penting bagi proses seni. Dari Gresik, gelombang talenta muda ini akan berger upak ke kota-kota lain—Yogyakarta, Jakarta, Denpasar, hingga Gorontalo—membawa cerita bahwa seni selalu lahir dari ruang hidup yang paling dekat.

Editor: AHA