Sidoarjo In Flux: Di Antara Jejak Gula dan Kota yang Bergerak

Di sebuah ruangan di Rumah Budaya Malik Ibrahim, Sidoarjo, panas terik tulisan Elvira tentang “Jejak Industri Gula Raksasa dan Lapisan Identitas Urban.” terpampang tembok mengarah ke pintu masuk galeri. Seperti kita diajak menatap lapisan-lapisan waktu dan unsur-unsur kota yang beragam seperti tanah, tebu, pabrik dan bangunan kota itu sendiri. Melihat dan mengamati kota Sidoarjo pernah menjadi jantung manis Jawa Timur, dan hari ini ia terus berdenyut beriringan dengan kehidupan lalu lalang ritme urban yang dinamis.

Pameran Sidoarjo In Flux (SiF) terasa seperti cermin kecil dari perubahan itu. Anggap saja kita sedang bergerak atau shifting biar keren. nampaknya semua seniman disini sangat mencoba menelusuri bagaimana kota ini bergerak: dari kejayaan kolonial sampai pada benturan modernitas. Kurator dan seniman menghadirkan potongan sejarah dan suara masa kini, yang lantang, seperti dusra dari Kolektif Kecoak Timur dimana karyanya menggaungkan keluhan tidak ada wadah untuk mereka berekspresi. Seolah setiap karya seperti bertanya, “Apa yang tersisa dari masa lalu ketika semuanya terus bergeser?”

Inisiatif ini menjadi menarik karena lahir dari dukungan Dewan Kesenian Daerah (Dekesda) Sidoarjo, yang kini aktif mulai menumbuhkan ruang diskusi dan eksperimentasi di wilayahnya. Dekesda terus berbenah dan sebagai proses untuk terus mengajak seniman, peneliti, dan warga lokal untuk membaca ulang kotanya sendiri. Dalam konteks Jawa Timur yang padat, kehadiran inisiatif seperti ini terasa penting mengingatkan bahwa percakapan tentang seni dan identitas tak harus berpusat di kota besar.

Sore itu, sambil menyusuri instalasi, kami team Artchemist teringat kalimat di dinding: “Urbanisasi dan teknologi membuat warga menegosiasikan identitasnya.” Mungkin itu benar adanya. Bilamana di Sidoarjo, anak muda nongkrong di kafe estetik yang dulu bekas rumah warga, sementara kampung lama tetap berdetak di baliknya. Di antara aroma kopi dan debu pembangunan, identitas baru kota ini terus dirakit pelan-pelan. Sidoarjo In Flux memberikan rusng untuk memahami gerak, namun bagaimana masa lalu terus menempel di tubuh kota dan bagaimana kita sebagai pelaku, penikmat dan pengamat hidup di antara lapisannya.

 

Masih berlangsung: SIF • Sidoarjo In Flux

Kurator: Elvira
di Rumah Seni Pemancingan dan Rumah Budaya Malik Ibrahim Kota Sidoarjo
Periode Pameran:
17 Oktober – 2 November 2025

 

 

Editor: AHA